Laman

Senin, 17 Maret 2014

TIBERIAS DITUDUH MENGKULTUSKAN PARIADJI dan MINYAK URAPAN? Ini jawaban kami

blog saya lainnya tentang serba-serbi Kristen bisa di klik disini http://masukkristen.blogspot.com/

Berulang kali gereja Tiberias dituduh yang tidak tidak, salah satu tuduhan tersebut adalah bagaimana Tiberias dituduh menjalankan praktek perdukunan.

Jawaban kami

Saudaraku yang terkasih dalam Tuhan, mari kita coba membedakan antara hubungan SEBAB dan AKIBAT. Istilah sederhananya "ada api, ada asap".

Di sebuah gunung yang dingin, sekelompok orang mencoba untuk bertahan karena kedinginan, dan mereka memutuskan untuk membakar kayu untuk menghangatkan badan. Tapi ternyata asap yang ditimbulkan akhirnya membuat salah seorang anggota dari kelompok tersebut menjadi alergi atau mungkin terkena asma.

Pertanyaan saya, apakah kelompok orang tersebut dengan sengaja berniat untuk membakar kayu untuk membuat kawannya itu terserang asma???

Setiap perbuatan pasti ada akibat dan resiko.

Izinkan saya beri satu perumapaan lagi. Saya tinggal di Kelapa Gading dan sering ke kantor menggunakan angkot. Adakah kemungkinan angkot saya mengalami kecelakaan? Tapi apakah karena hal itu saya tidak menggunakan angkot? Tentu tidak, mengapa? Karena resiko itu tidak sebanding dengan apa yang didapat.

Begitu juga dengan Gereja Tiberias Indonesia. Kami sadar bahwa ada banyak kemungkinan orang pada akhirnya mengkultuskan Pdt. Pariadji atau bahkan menganggap minyak urapan sebagai jimat. Tapi percayalah tidak ada niatan dari Tiberias untuk menjadi seperti itu, karena niatan Tiberias hanyalah untuk menyatakan kuasa Tuhan melalui Gembala kami Pdt. Pariadji dan juga minyak urapan.

Bukankah pujian penyembahan juga memiliki resiko? Resiko bahwa gereja Anda dianggap seperti dipenuhi oleh orang gila (KPR 2). Tapi mengapa kita masih melakukan pujian penyembahan? Karena kita sadar bahwa kita lebih mementingkan tujuan utama yaitu menyembah Tuhan.

Dalam ilmu manajemen, dalam melihat sebuah permasalahan, maka kita harus mampu melihatnya dari 6 sisi yang berbeda. (Anda bisa membacanya di "Six Thinking Hats" Karya Edward de Bono). Dikatakan bahwa memang baik jika kita melihat sisi resiko (Topi Hitam) tapi topi hitam tersebut harus seimbang dengan Topi Kuning (Optimis).

Janganlah hanya karena akibat yang ditimbulkan oleh sebagian kecil individu kemudian kita menutup mukjizat Tuhan. Bukankah Rasul Petrus dan Paulus juga ada kemungkinan dikultuskan? Bukankah Salib juga ada kemungkinan untuk dijadikan jimat? Bukankah gereja juga memiliki kemungkinan untuk dijadikan tempat keramat? Lalu apa yang membuat kita masih membaca kitab rasul, menggunakan salib dan juga masih tetap bergereja: KARENA TUJUAN KITA ADALAH MEMPERMULIAKAN TUHAN KITA YESUS KRISTUS.