Gereja Tiberias adalah gereja yang didirikan oleh seorang yang Tuhan panggil secara khusus, yang bernama Pariadji. Dunia keKristenan lebih mengenalnya dengan nama Pdt. DR. Yesaya Pariadji.
Tuhan memanggil Pdt. Pariadji setelah keluarganya (secara khusus istrinya, Darniaty Pariadji) mengalami kesembuhan dan muizat Tuhan.
Adapun perintah Tuhan kepada Bapak Pariadji adalah mendirikan sebuah gereja untuk membawa jutaan manusia berkumpul di Sorga. Sehingga yang menjadi corak utama Gereja Tiberias Indonesia adalah:
1. Pengajaran tentang Kekudusan
Sejak Gereja Tiberias didirikan, Gembala Sidang kami secara konsisten terus menyuarakan bahwa jemaat Kristen harus hidup dalam kekudusan.
Lepas dari Teologi apapun yang Anda punya, maka kita harus setuju bahwa kehidupan Kristen harus mencerminkan hidup Yesus.
Kekudusan bukan hanya penting, tetapi dengan menjaga kekudusan, kita bisa menjadi saksi hidup bagi orang yang belum percaya.
2 Korintus 3:3
"... bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup..."
Bahkan Gembala Sidang kami menerapkan disiplin yang ketat bagi setiap orang yang mengambil bagian dalam pelayanan Gereja Tiberias Indonesia.
Lalu mengapa kami disalahkan oleh Gereja lain ketika ajaran kami menekankan kekudusan hidup?
Gereja lain berkata bahwa kita diselamatkan bukan oleh perbuatan. Tapi Gereja Tiberias percaya, bahwa manusia diselamatkan karya Tuhan Yesus dan Iman orang percaya. Tetapi kekudusan harus dijaga agar keselamatan itu menjadi sebuah kepastian di akhir hidup kita.
a. Kekudusan itu untuk memproteksi kita
Segala perintah yang tertulis di Alkitab bukanlah hanya untuk melarang manusia, tetapi justru juga untuk menjaga manusia dari hal-hal dunia yang merusak.
Ketika kami melarang jemaat untuk tidak mabuk-mabukkan atau meminum minuman keras, tujuan utamanya adalah karena Tuhan mau kita jadi sehat.
b. Kekudusan itu adalah syarat mutlak bagi Hamba Tuhan di Gereja Tiberias Indonesia
Gembala Sidang, Pak Pariadji selalu berkata "Jika Hamba dosa, maka Hamba rela dilempar dari mimbar". Artinya setiap pelayan Tuhan yang jatuh dalam dosa, maka sebaiknya dia tidak boleh melayani lagi.
Dari sini terlihat seberapa kerasnya Gereja Tiberias menekankan kekudusan hidup.
2. Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan
a, Perjamuan Kudus
Setelah era Reformasi Gereja Tahun 1517, maka ada banyak aliran yang mengembangkan teologi tentang perjamuan.
Yang paling berpengaruh adalah ajaran Zwingli yang mengatakan bahwa Roti dan Anggur itu hanyalah lambang dari Tubuh dan Darah Tuhan, dan Perjamuan itu hanyalah acara seremonial untuk mengingat pengorbanan Yesus.
Tapi Gereja Tiberias percaya bahwa Roti dan Anggur yang diangkat, bukanlah lambang, tetapi benar-benar Tubuh dan Darah Tuhan Yesus.
- Aspek Sejarah
Bukankah orang yang mengatakan perjamuan kudus itu lambang adalah teologi yang berkembang setelah tahun 1517. Lalu mengapa kita tidak melihat kepada akar sejarah.
Perjamuan Kudus yang benar-benar diubah menjadi Tubuh Yesus dan Darah Yesus adalah apa yang dipercayai oleh Gereja mula-mula. Dan tradisi ini sampai sekarang masih di pegang teguh oleh gereja Ortodoks dan Katolik Roma.
b. Minyak Urapan
Ini adalah sarana lain yang digunakan di Gereja Tiberias.
Alkitab mencatat, ada banyak saran yang digunakan dalam melakukan mujizat.
Contoh:
-Petrus menyembuhkan orang hanya melalui bayangan. (KPR 5:15)
-Sapu tangan yang pernah dipakai Paulus untuk menyembuhkan orang (KPR 19:12)
-Yesus pernah menyembuhkan orang menggunakan ludah (Mrk 7:33)
Lalu apa masalahnya jika Gereja Tiberias menyembuhkan orang menggunakan Minyak Urapan?
Bukankah Yakobus 5:14 memang menerangkan agar kita mengoleskan minyak bagi orang yang sakit.
3. Pelayanan adalah Pengorbanan
Gereja Tiberias selalu menekankan bahwa ketika kita melayani Tuhan, maka kita harus rela berkorban.
Pengorbanan ini dilakukan oleh Gembala Sidang kami yang rela menjual asetnya berupa apotik yang besar untuk kemudian seluruh uangnya digunakan untuk membangun Gereja Tiberias di awal-awal pelayanannya.
Bahkan demi membangun Gereja, Gembala Sidang (Pak Pariadji) sampai rela mengosongkan seluruh rekening pribadinya agar gereja bisa dibangun.
Hal ini harus dimaknai, bahwa karena Tuhan sudah begitu baik terhadap kita, maka apa yang kita miliki secara materil menjadi tidak berharga lagi. Karena Yesus lebih berharga dari seluruh harta yang kita miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar